Purnama Tiga Belas
Senja menangis di bahu langit
Atas kesaksiannya membunuh matahari
Demi menuliskan puisi
Dan menenggak kerigat penyair
Pembual yang mengabadikan jingganya pada pesan cinta
…..
Tik tak tik tak
…..
Setelah detik benar-benar mati tercekik
Gerimis merobohkan mataku
Meliukkan jemarinya
Mengiringi senja yang masih lunglai
Keracunan rindu peyair pagi
“aku adalah fajar yang tertunda”
Tentang senja yang menuliskan biografinya pada pelangi
Dibisikkannya pada gelombang laut :
Aku membunuh matahari
Aku tak ingin ada pagi
Karena aku memujanya
Purnama tiga belas
kebekuan senyum yang menganga
di langit yang telanjang
Harina Amalia