PURNAMA
memandangimu sepenuh hati
diufuk timur menyembul malu-malu
menebarkan rasa gigil yang menusuk
namun aku tak hendak beranjak
biarlah tetap memandangimu
bersama gigil angin kemarau
kuteringat masa lalu
saat-saat begini bermain
bermain bola di lapang seadanya
dua tiga hari lagi akan dibangun rumah
atau main jamuran dalam pengawasan
para orang tua yang bercengkerama
tak jarang petak umpet,
kini, semua itu telah hilang
berganti permainan berbahan listrik
tinggal pencet tak perlu berkeringat
apalagi bermandi cahaya bulan
bahkan tak sempat menengok purnama
inikah perkembangan jaman itu?
+Sunarno Sahlan+
salam kenal. . .
—
Sent on a phone using MebApp.com